Memahami perbedaan reksadana dan saham adalah hal penting untuk Anda lakukan. Sebab, sebagai 2 (dua) instrumen investasi yang sangat populer, banyak masyarakat yang masih bingung akan perbedaan keduanya. Banyak yang salah mengartikan bahwa keduanya adalah instrumen yang sama. Padahal, saham dan reksadana tentu jauh berbeda. Lalu apa perbedaan keduanya? Inilah informasi selengkapnya.
6 Perbedaan Reksadana dan Saham

Inilah berbagai hal yang membedakan antara instrumen investasi reksadana dan juga saham:
1. Dari Pengertiannya
Meski sama-sama merupakan instrumen investasi, namun reksadana dan saham sangat jauh berebeda. Perbedaan yang pertama bisa Anda kenali dari pengertian kedua instrumen ini. Saham adalah surat yang menjadi bukti kepemilikan Anda terhadap suatu perusahaan. Nantinya, saham akan berada di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk diperdagangkan.
Sementara itu, reksadana adalah produk investasi yang bisa berupa surat hutang, deposito, obligasi, dan juga saham yang pengelolaannya adalah oleh manajer investasi. Produk reksadana akan menggunakan surat berharga dalam portofolio efeknya.
2. Bentuk Investasi
Perbedaan reksadana dan saham yang kedua adalah dari bentuk unvestasinya. Bentuk dari saham adalah surat berhaga yang memiliki nilai. Nilai ini karena sebagai investor, Anda berhak atas keuntungan atau laba yang perusahaan dapatkan. Sementara bentuk reksadana adalah obligasi, deposito, surat utang, dan juga saham.
3. Pihak Perantaranya
Reksadana dan saham juga memiliki perbedaan dari segi pihak perantaranya. Pihak perantara ini baik dalam saham ataupun reksadana akan berperan sebagai penghubung Anda sebagai investor dengan segala aksi investasi yang Anda lakukan. Dalam reksadana, maka ada seorang manajer investasi yang akan menjadi pengelola reksadana Anda.
Manajer investasi akan menggunakan analisa dan strategi mereka supaya sebagai investor, Anda bisa mendapatkan keuntungan optimal dengan resiko paling kecil dalam berinvestasi. Proses jual beli reksadana juga menjadi tanggung jawab seorang manajer investasi. Jadi, apabila Anda memilih investasi di reksadana, Anda tidak perlu memikirkan bagaimana pengelolaan aset Anda karena sudah ada yang mengurus yaitu manajer investasi.
Sementara di dunia saham, yang berperan sebagai pihak perantara adalah broker saham atau pialang saham. Sebutan lainnya juga adalah perusahaan sekuritas. Pihak ini akan menghubungkan Anda sebagai investor dengan berbagai produk saham yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI). Anda juga harus memiliki rekening di perusahaan sekuritas terlebih dahulu, setelah itu baru bisa melakukan transaksi.
Berbeda dengan reksadana, kendali penuh atas proses dan keputusan investasi berada di tangan Anda selaku investor. Perusahaan sekuritas hanya bertindak sebagai eksekutor keputusan tersebut. Selebihnya, segala pengelolaan dan keputusan tetap berada di tangan Anda. Tidak heran jika banyak orang yang baru terjun ke dunia saham saat mereka benar-benar menguasai bidang ini terlebih dahulu karena tidak ada pihak yang akan membantu mereka seperti di reksadana.
4. Jangka Waktu untuk Berinvestasi
Selain pihak perantara, perbedaan reksadana dan saham selanjutnya adalah jangka waktu untuk berinvestasi. Investasi pada instrumen saham lebih sesuai bagi investor yang memang bertujuan mencari keuntungan dalam jangka waktu yang panjang. Umumnya diatas 5 sampai 10 tahun.
Atas dasar itulah, butuh analisa teknikal dan fundamental yang cukup rumit untuk menentukan produk saham dari perusahaan mana yang sesuai untuk investor. Analisis ini tidak bisa sembarangan karena inilah yang menjadi penentu keberhasilan investasi di masa depan.
Berbeda dengan saham, reksadana memiliki jangka waktu yang lebih bervariasi tergantung pada produk reksadana mana yang Anda ambil. Seperti misalnya, apabila Anda mencari tujuan investasi dengan jangka waktu yang cukup panjang, maka manajer investasi akan memilih produk reksadana saham sebagai pilihan yang tepat. Sementara jika menginginkan investasi jangka pendek, maka reksadana pasar uang menjadi pilihan terbaik untuk berinvestasi.
5. Waktu untuk Mempelajarinya
Perbedaan reksadana dan saham selanjutnya adalah berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk mempelajari kedua instrumen tersebut. Tidak bisa Anda pungkiri bahwa instrumen saham memiliki tingkat kerumitan yang lebih tinggi untuk Anda pelajari. Tidak cukup waktu 1 malam untuk benar-benar menguasai saham.
Pasalnya, ada banyak sekali komponen yang harus Anda kuasai sebelum bisa berinvestasi di saham dengan lancar. Baik itu mengenai analisa teknikal ataupun fundamental. Selain harus memilih perusahaan yang tepat, saham memiliki tingkat kerentanan yang tinggi terhadap situasi ekonomi dan politi pada suatu negara.
Hal ini juga yang harus Anda kuasai supaya bisa memilih produk saham seperti apa yang paling sesuai untuk Anda investasikan. Jangan sampai dalam perjalanan investasi saham, Anda justru salah langkah dalam pengambilan keputusan dan malah berujung pada kerugian semata. Untuk itu, Anda harus benar-benar mempelajari seluk beluk saham dengan baik supaya investasi berjalan lancar.
Berbeda dengan reksadana yang tergolong lebih cepat untuk Anda kuasai. Anda hanya membutuhkan ilmu dan pengetahuan seputar instrumen reksadana sekaligus keuntungan dari masing-masing produk tersebut, profil resiko keuangan Anda, dan jangka waktu investasi yang Anda ambil.
Pengetahuan yang Anda miliki juga lebih banyak tercurah untuk memilih manajer investasi terbaik yang bisa Anda andalkan. Pasalnya, manajer investasi inilah yang akan mengelola reksadana Anda supaya meraih target keuntungan yang Anda inginkan. Sehingga, jauh lebih mudah untuk Anda pelajari daripada saham. Fakta ini pula yang membuat reksadana lebih sesuai untuk para pemula yang baru terjun ke dunia investasi.
Baca Juga: Rekomendasi Daftar Manajer Investasi Terbaik untuk Anda
6. Tingkat Return dan Resiko
Tingkat keuntungan atau return dan resiko yang akan Anda peroleh juga berbeda pada saham ataupun reksadana. Anda memang akan lebih berpotensi mendapatkan keuntungan dengan jumlah yang lebih besar pada instrumen saham daripada reksadana. Namun, hal ini tentu berjalan seiringan dengan tingkat resiko yang juga harus Anda hadapi.
Dalam investasi, selalu terapkan prinsip high return, high risk. Mendapatkan keuntungan yang besar, seiring dengan resiko yang besar pula. Sebagai investor saham, segala keputusan dan tanggung jawab investasi akan berada di tangan Anda, sehingga keputusan yang Anda ambil akan menentukan bagaimana keuntungan yang Anda peroleh.
Berbeda dengan reksadana, dimana pengelolaannya dengan manajer investasi. Reksadana cenderung memiliki tingkat resiko yang kecil sampai sedang. Namun, tentu dengan keuntungan yang sebanding dengan resiko tersebut.
Catatan Dalam Investasi Reksadana dan Saham

Setelah memahami perbedaan reksadana dan saham, tentu Anda sudah bisa sedikit membayangkan instrumen mana yang sesuai bagi Anda. Apapun instrumennya, yang harus Anda perhatikan adalah bagaimana profil resiko keuangan yang Anda miliki. Profil resiko adalah sejauh mana keuangan Anda bisa dan mampu menoleransi resiko yang muncul akibat investasi.
Memahami profil resiko ini sangat penting untuk seluruh investor supaya bisa menentukan instrumen mana yang paling sesuai bagi dirinya sendiri. Setidaknya, ada 4 (empat) profil resiko yang harus Anda pahami:
a. Sangat Konservatif
Profil resiko ini cocok bagi investor yang lebih mementingkan keutuhan nilai investasi daripada potensi nilai keuntungan. Maksudnya, investor ini tidak cocok dengan jenis investasi yang beresiko tinggi. Keuntungan kecil tidak masalah namun tidak rugi. Jika Anda termasuk dalam profil ini, maka instrumen yang sesuai adalah reksadana pasar uang atau deposito.
b. Konservatif
Investor yang berada pada profil ini menyukai instrumen yang memiliki resiko rendah. Keuntungan yang mereka dapat lebih besar dengan resiko yang minim. Kemampuan untuk menerima resiko ini berada setingkat lebih tinggi daripada kategori sangat konservatif. Instrumen yang sesuai adalah reksadana pasar uang, deposito, dan obligasi yang memiliki jatuh tempo kurang dari 1 tahun.
c. Moderat
Investor moderat memiliki keberanian yang lebih tinggi untuk mengambil resiko demi mendapatkan untung investasi yang lebih besar. Instrumen yang sesuai adalah sebagian saham, reksadana campuran, dan reksadana pendapatan tetap.
d. Agresif
Investor yang masuk dalam kategori ini sangat berani dalam menerima resiko investasi namun dengan tujuan mencari keuntungan yang lebih besar di masa depan. Rata-rata investor yang agresif menargetkan investasi mereka untuk kebutuhan di masa mendatang dengan jangka waktu panjang diatas 5 sampai 10 tahun. Instrumen yang sesuai adalah saham, reksadana saham, dan juga derivatif.
Itulah berbagai perbedaan reksadana dan saham yang harus Anda pahami. Intinya, selalu pastikan instrumen yang Anda pilih sesuai dengan profil resiko Anda sendiri supaya investasi bisa berjalan lancar dan tidak menyebabkan kerugian ya!